Rabu, 27 Juli 2011

PANDANGAN ORIENTALIS TERHADAP KEPRIBADIAN MUHAMMAD SAW

1. PANDANGAN ORIENTALIS TERHADAP KEPRIBADIAN MUHAMMAD SAW

Muhammad adalah sesosok manusia pilihan bagi ummat islam, karna keberhasilan dia dalam membawa suatu ajaran agama yang benar disisi allah sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran:

ان الدين عند الله الاســــــــــــــــــــــلام

Sesungguhnya agama yang benar disisi Allah adalah agama islam

Sedangkan selama berabad-abad islam adalah musuh besar umat Kristen, terlebih dengan muncul sebuah peristiwa yang menyakitkan bagi umat kristiani, sebuah peperangan yang dasyat antara Kristen barat dan Islam timur yang membawa kekalahan bagi ummat Kristen. Dengan adanya peristiwa tersebut kebencian orang-orang Kristen terhdap Islam semakin menjadi. Akan tetapi dendam dan kebencian tersbut dilampiaskan terhadap Nabi Muhammmad dengan menggambarkan kehidupan dan kepribadian Nabi Muhammad yang tidak bermoral dan bejat.[1]

Beberapa dari tokoh orientalis yang menghujat Nabi Muhammad karna kebencian yang mendalam. Seperti Peter, pendeta di Maimuma, yang menganggap bahwa Nabi Muhammad Saw sebagai Nabi palsu. Yahya ad-Dimasyqi atau dikenal juga sebagai John of Damascus (750 M), juga sependapat dengannya dan menulis dalam karangannya dengan bahasa Yunani kuno kepada kalangan Kristen Ortodoks bahwa Islam mengajarkan anti-Kristus. John of Damascus berpendapat bahwa Nabi Muhammad Saw adalah seorang penipu kepada orang Arab yang bodoh. Dengan liciknya, dia mengatakan bahwa:

`Muhammad bisa mengawini Khadijah sehingga mendapat kekayaan dan kesenangan. Dengan cerdasnya, Muhammad menyembunyikan penyakit epilepsinya ketika menerima wahyu dari Jibril. Muhammad memiliki hobi perang karena nafsu seksnya tidak tersalurkan.'

Sedangkan Torrel membangunkan teori khayalan, dengan menganggap adanya timbal balik antara pengalaman keberagamaan Nabi Muhammad Saw dengan pernikahannya dengan Siti Khadijah yang lebih tua. Worrel mengatakan:

`Muhammad telah mengembangkan bakat puisi dan kenabian pada tahun-tahun akhir pernikahannya dengan Khadijah, dan kehilangan kedua bakat ini selama tiga belas tahun dimasa banyak pernikahannya yang lain.'

Selain itu, para orientalis menuding bahwa poligami nabi Muhammad sebagai bukti bahwa libidonya sangat tinggi. Seandainya beliau seorang nabi, niscaya akan disibukkan oleh urusan dan tugas kenabiannya dari pada sibuk dengan wanita.

2. Perkawinan Muhammad dengan Zaynab bt.Jahsh

Banyak versi yang menceritakan tentang kisah perkawinan Muhammad dengan Zaynab bt. Jahsh, diantaranya diungkapkan oleh Tor Andrae dalam bukunya Muhammad The Man And His Faith bahwa pada tahun ke-5 telah terjadi pada diri Muhammad yang barangkali menjadi bahan provokasi bagi barat untuk menilai kepribadian Muhammad.[2]

Tradisi jahiliyah yang pada waktu itu sangat munkar, sebagai contoh soal –bid’atu al tabanna-bid’ah memungut anak- yang biasa mereka lakukan sebelum islam. Tradisi ini dijadikan sebagai aturan(agama) turun temurun dikalangan mereka. Salah seorang diantara mereka memungut anak, yang terang bukan dari darah keturunannya sendiri dan kemudian diangkatnya anak itu dalam hukum yang derajatnya sama dengan anak kandungnya sendiri, dan kemudian diakui dan dijadikan sebagai anak yang sebenarnya. Ia mempunyai kedudukan hukum seperti anak keturunannya sendiri dalam berbagai hal. Padahal Islam tidak menetapkan suatu kebathilan bagi mereka dan tidak pula membiarkannya binasa dalam kesesatan. Oleh karena itu Allah mengilhamkan kepada Muhammad Saw. Agar ia memunggut salah seorang anak. Peristiwa ini terjadi jauh sebelum beliau diangkat sebagai Nabi. Dan yang beliau pungut adalah Zayd bin Haritsah. Begitulah nabi memunggut Zaid bin Haritsah sebagai anaknya dan semenjak itu mereka memanggilnya dengan sebutan “Zayd bin Muhammad”. Ia kemudian dikawinkan dengan puteri bibinya yang bernama Zaynab bt Jahsh Al Asadiyah dan sudah hidup beberapa lama. [3]

Akan tetapi zainab enggan menikah dengan zayd dikarnakan zayd adalah seorang budak lagi jelek, sedangkan zainab tergolong orang yang mempunyai nasab kebangsawanan. Akhirnya turun ayat

وماكان لمؤمن ولامؤمنة اذا قضىالله ورسوله امراان يكون لهم الخيرة من امرهم . ومن يعصىالله ورسوله فقد ضل ضلا لابعيدا

Dan tidak patut bagi seorang mukmin laki-laki dan perempuan, bila Allah dan RasulNya sudah menetapka satu perkara, bahwa mereka akan menentukan pilihan sendiri bagi urusannya. Barang siapa yang mendurhakai Allah dan RasulNya, sungguh ia adalah sesat sejauh-jauhnya. [4] (Q.S. 33 al-Ahzhab: 36)

Setelah turunnya ayat tersebut kemudian dia menerima dan tunduk, serta mengikuti kehendak Nabi untuk dinikahkan pada Zayd dan menyerahkan seluruh tubuhnya kepada Zayd.akan tetapi jiwanya tidak, sehingga dibalik kehidupan inilah muncul dalam diri Zainab kekecewaan dan kesempitan dalam hidupnya.

Pada suatu hari setelah lama pernikahan yang mereka jalani, Nabi Muhammad berkunjung ke rumah Zayd, tetapi pada saat itu Zayd tidak sedang di rumah. Kemudian Nabi ditemui oleh istrinya yang bernama Zaynab bt. Jahsh di depan pintu. Pada saat itu Zaynab dalam keadaan berbusana tipis yang biasa dipakai oleh orang Arab didalam rumah. Saat itu, Muhammad terpesona dengan kecanikan Zaynab dan berkata: “ segala puji bagi tuhan yang menguasai hati manusia”. Kata-kata Nabi tersebut diulang-ulangi oleh Zaynab dihadapan Zayd. Zaynab sebenarnya sudah lama menginginkan nabi sebagai suaminya, tidak meninginkan Zayd. Disamping berasal dari budak yang dimerdekakan, Zayd memiliki perawakan yang kurang menarik. Mengetahui hal itu, Zayd lalu pergi menemui Muhammad dan menawarkannya untuk menceraikan Zaynab agar nabi dapat menikahinya. Karena beliau khawatir akan mulut orang munafikdan manusia-manusia yang keji,kalau-kalau mereka katakana bahwa Muhammad menikahi isteri anaknya maka Muhammad tidak menerima tawaran itu. Zayd adalah anak angkatnya sendiri. Orang arab pada saat itu yang masih menganut adat bid’ah tabanna menganggap anak angkat itu sama halnya dengan anak kandung sendiri yang berarti menikahi anak angkat dianggap sama dengan menikahi anak kandung sendiri. Bagi orang Arab, ini sesuatu yang ‘aib dan tabu.[5] Akhirnya turunlah wahyu yang dapat menghilangkan keraguan dan kekhawatiran nabi Muhammad Saw, yakni firman Allah surat al-Ahzab ayat 37:

وتخشى الناس والله احق ان تخشاه فلما قضى زيد منها وطرا زوجنكها لكي لايكون على المؤمنين حرج في ازواج ادعيائهم اذاقضوامنهن وطرا وكــــان امراللـــه مفعولا (الاحـــزاب : )

Kau takut pada manusia, padahal Allahlah yang lebih patut kau takuti. Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap istrinya (menceraikan), kami kawinkan engkau dengan dia (sesudah habis iddahnya) supaya tidak ada keberatan terhadaporang mu’min untuk mengawini istri-istri anak-anak angkatnya apabila anak-anak angkatnya itu telah menyelesaikan keperluan terhadap istrinya (menceraikannya). Dan ketetapan Allah itu pasti ada.

Kemudian dalam surat yang sama Allah SWT telah mengungkapkan:

ماكان على النبي من حرج فيما فرض اللـــه له سنــة الله في الذين خلوامن قبل وكان امرالله قدرامقدورا (الاحـــزاب : )

Tiada suatu keberatan pun atas Nabi tentang apa yang telah ditetapkan Allah baginya. (Allah telah menetapkan yang demikian) sebagai sunnah-Nya bagi Nabi-nabi yang telah berlalu. Dan adalah ketetapan Allah itu merupakan ketetapan yang pasti berlaku.[6] (Q.S. 33 al-Ahzhab: 38)

Juga firmanNya:

ماكان محمد ابااحدمن رجالكم ولكن رسول الله وختم النبين وكان الله بكل شيئ عليما (الاحـــزاب : )

Muhammad itu sekali-sekali bukanlah bapak dari seseorang laki-laki diantara kalian, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup para Nabi. Dan maka Allah Maha mengetahui sesuatu. (Q.S. 33 al-Ahzhab: 40)

ما جعل الله لرجل ممن قلبين فــــــي جوفه وماجعل ازواجكم الـــئ تظهرون منهن امهتكم وماجعل ادعياءكم ابناءكم ذلكم قولكم بأفواهكم والله يقول الحق وهو يهدى السبيل. ادعوهم لآبآئهم (الاحـــزاب : )

Allah tidak sekali-sekali menjadikan bagi seseorang dua buah hati dan rongga (dadanya), dan Dia tidak menjadikan isteri-isteri kalian yang kalian dhihar sebagai ibu kalian, dan Dia tidak menjadikan anak-anak kalian sebagai anak kandung kalian. Yang demikian itu hanyalah ucapan kalian di mulut kalian saja. Allah menyatakan yang sebenarnya dan Dia menunjukkan jalan yang benar. Panggilah mereka (anak-anak angkat kalian) dengan memakai nama-nama bapak mereka…..

(Q.S. 33 al-Ahzhab: 4-5)

ادعوهم لآبآئهم هو اقسط عند الله فإن لم تعلموا ابآءهم فإخونكم في الدين ومواليكم (الاحـــزاب : )

Panggilah mereka (anak-anak angkat kalian) dengan memakai nama bapak-bapak (kandung) mereka, itulah yang paling adil menurut Allah. Jika kalian tidak mengetahui (nama) bapak mereka sebut saja saudara seagama atau para maula kalian…[7] (Q.S. 33 al-Ahzhab: 4-5)

Akhirnya Nabi Muhammad menikahi Zaynab dan ia bangga karena telah mendapatkan apa yang ia inginkan. Ia mengatakan bahwa isteri-isterinya yang lain telah dinikahkan oleh keluarga mereka untuk Nabi, sedangkan Allah sendiri yang memberikan diriku untuk dirinya di langit tertinggi. Peristiwa ini rupanya tidak menganggu hubungan Nabi dengan Zayd dan tidak mengurangi kepercayaannya kepada Nabi. Sejak itu nama Zayd lebih dikenal dengan sebutan Zayd b. Haritsah daripada sebutan Zayd b. Muhammad.[8]

Dengan ini jelaslah bahwa perintah Allah kepada Muhammad untuk mengawini zaenab anak pamannya ini adalah untuk membatalkan adat jahiliyah. Kebiasaan mereka apabila mengangkat seorang anak maka anak tersebut mempunyai hubungan hukum yang sama dengan anak kandung, yaitu punya hak untuk mewarisi dan haram bagi bapak angkat untuk mengawini bekas isteri anak angkatnya

3. Kritik dan Analisis Terhadap Perkawinan Muhammad-Zaynab

· Kritik Orientalis Terhadap Perkawinan Muhammad-Zaynab

Perkawinan Muhammad dengan anak bibinya yaitu Zaynab bt. Jahsh oleh kaum orientalis dijadikan bahan guncingan untuk mencela Muhammad. Sebabnya Zaynab yang cantik parasnya,dan juga diceritakan dalam al-Quran al-Karim dengan mempergunakan uslub (metode) yang tidak mereka fahami secara sempurna dan mereka takwilkan dengan keliru.[9]

Yang dimaksudkan disini adalah firman Allah yang berbunyi :

وتخفي في نفسك ماالله مبديه وتخشى الناس والله احق ان تخشه....... (الاحـــزاب : )

Dalam buku “Pandangan Orientalis Barat tentang Islam” yang mengambil dalm bukunya “ Muhammad A Biography Of The Prophet” karya Karen Amstrong memaparkan pandangan beberapa orientalis barat dalam menanggapi kisah perkawinan Nabi dengan Zaynab. Armstronh mengatakan bahwa sejumlah orientalis barat seperti Voltaire dan Pridiaux beranggapan bahwa Muhammad dengan menikahi perempuan bekas isteri anak angkatnya itu menunjukkan betapa sebenernya Muhammad, walaupun sudah punya banyak isteri tetapi masih tidak puas karena tuntutan nafsu besarnya itu, dn karena kelihaiannya dalam memanipulasi ayat-ayat untuk kesengannya sendiri.

Orientalis barat seperti Muir, Dermenghem, Washingtn Irving, Lammens menggambarkan awal perkawinan Muhammad lebih disebabkan oleh tuntutan hawa nafsu belaka. Mereka menggambarkan pertemuan Muhammad dengan Zaynab sedemikian asyik dan menggiurkan. Mereka menggambarkan Zaynab ketika bertemu Nabi dalam keadaan setengah telanjang atau hamper telanjang, dengan rambutnya yang hitam panjang lepas terurai sampai menjamah tubuhnya yang lembut gemulai, yang menurut mereka itu semua akan menerjemahkan segala arti cinta birahi. Pendapat lain menyebutkan bahwa ketika itu ia membuka pintu rumah Zayd, angina menghembus menguakkan tabir kamar Zaynab. Ketika itu ia sedang terlentang di tempat tidurnya dengan mengenakan baju tidur, yang menurut para orientalis, pemandangan itu sangat menggetarkan jantung laki-laki yang gila perempuan dengan kecantikannya itu. Ia menyembunyikan perasaan hatinya walaupun sebenarnyaia tidak dapat tahan lama demikian.

Para orientalis menggambarkan kisah-kisah romantis tersebut sebenarnya juga berdasarkan kitab-kitab klasik seperti sejarah Nabi, bahkan dari sejumlah kitab tafsir. Sejumlah mufassirin meriwayatkan bahwa nabi Saw. Masuk ke dalam rumah Zayd, kemudian ia melihat isteri Zayd dalam keadaan berdiri hingga Nabi terpesona oleh kecantikannya, lalu nabi berkata: Maha suci Tuhan yang telah merubah perasaan hati manusia. Dengan redaksi yang hamper semakna Jalal al-Din al-Mahalli dan Jalal al-Din al-Suyuti dalam tafsir al-Jalalyn mengungkapkan bahwa saat itu pandangan Nabi jatuh kearah Zaynab hingga terpesona, kemudian seketika itu Zaynab tidak suka dengan Zayd.

Para orientalis melihat bahwa Nabi Muhammad iu manusia biasa yang bernafsu besar (hyper sex), diburu nafsu syahwat, air liurnya mengalir bila melihat wanita cantik. Tidak cukup tiga orang saja dalam satu rumah, teapi ia kawin lagi dengan wanita-wanita yang tidak bersuami, bahkan kata para orientalis, Nabi pun jatuh cinta pada Zaynab bt. Jahsh yang masih terikat sebagai isteri Zayd b. haritsah, bekas budaknya.[10]

4. Komentar para Orientalis Tentang Pribadi Muhammad SAW

Kepribadian Muhammad pun tak lepas dari komentar para orientalis. Dalam pembahasan ini terdapat beberapa komentar tentang Muhammad dari orientalis, berikut ini komentar tentang pribadi Muhammad SAW.

· Dante Alighieri merupakan tokoh terkemuka pada zaman kebangunan (Renaissance) di Eropa, terutama dalam bidang kesusateraan. Dalam pandangannya terhadap Islam dan pribadi Nabi Muhammad yang telah di kutip Tor Andrea adalah pertama, karena adanya permusuhan dan kebencian yang diwariskan pada perang salib (1096-1274M) yang masih berpengaruh di Eropa. Kedua, manuskrip Arab dalam bidang agama Islam dan sejarah hidup nabi Muhammad tidak pernah disalin kedalam bahasa latin pada masa itu. Ketiga, sikap dan pandangn Dante disebabkan karena kebodohannya terhadap kenyataan sejarah. Keempat, menurut dokumen Vatikan tahun 1927 disebabkan prasangka dan fitnah.

· Jean Francois Arrouet Voltaire merupakan orang yang terpandang sebagai ahli fikir dan pujangga Perancis yang mempertahankan dan membela kebebasan berpikir. Dalam karya Voltaire yaitu Mohamet pada tahun 1742 ia melukiskan pribadi Muhammad karya nya ini bertentangan dengan George Sale yang telah menyalin kitab suci Al Qur’an yang terpandang sebagai standart di Eropa dewasa itu. Pada pengantarnya George membandingkan Muhammad dengan Theuses, seorang pahlawan dan pejuang dalam mitologi grik tua. De Boulainvilliers menulis karyannya yang terkenal, “life of mohammet” ( riwayat hidup Muhammad) denagn tujuan untuk menonjolkan Islam disbanding agama Kristen. Pada karya Voltaire yang belakangan yaitu “ Essy sur le moeurs” ia mengakui kebesaran dan kemampuan Muhammad, bahkan ia menahan diri untuk mengecam secara kasar dan brutal, tetapi ia menegaskaan bahwa tidak ada sesuatu yang baru pada agama Muhammad itu kecuali pernyataan bahwwa Muhammad itu rasul Allah.

· Savary seorang terpelajar barat yang menolak Muhammad sebagai Nabi (prophet), tetapi sebaliknya bersikap mengakuinya sebagai seorang diantara tokoh-tokoh terbesar yang pernah hidup. Ia berpendapat bahwasannya Muhammad memiliki kemampuan dalam bidang politio dan militer dan sanggup memimpin pemerintahan dengan cara mendoktrin. Muhammad mengaku mendapatkan wewenang dari Allah, menuntut supaya setiap orang menerima kedudukannya sebagai Rasull Allah. Semua itu didektekan oleh suatu kemestian rasional.

· Washingthon Irving seorang Advokad pada tahun 1806 dan banyak menumpahkan kegiatan dibidang santera. Dalam pandangannya tentang pribadi Nabi Muhammad, satu sisi Nampak obyektif tetapi pada sisi lain tidak. Irving bertindak obyektif pada riwayat hidup Muhammad tetapi mengenai pribadi Muhammad ia bersikap negative. Ia berpendapat bahwasannya nabi Muhammad menyukai wanita dan harum-haruman. Itu dikatakan sebagai sabda Muhammad, tanpa menyebut sumber bagi keterangan tersebut. Irving sebagai seorang sarjana telah melakukan “fabrikasi” sehingga tidak konsisten sepanjang disiplin ilmu.

· Thomas Carlyle adalah putra dari james carcly pada tahun 1840 di kuliahnya yang kedua yang berjudul Heroes and Hero worship ia menyatakan bahwasannya Muhammad adalah seorang pembohong, inkanasi dari kepalsuan dan agamanya adalah paduan “chalatanism and stupidity” (jual obat dan kebodohan). Tetapi itu semua hanya refleksi diri sendiri. Carlyle berpendapat Muhammad adalah seorang yang jujur, sebagaimana halnya setiap orang besar itu adalah jujur. Muhammad merupakan seorang penyair ataupun seorang nabi, karena kalimat-kalimat yang diucapkannya bukan kalimat manusia biasa. Carlyle pun memberikan pandangan agak positif disebabkan pertama, carcyle sudah kehilangan kepercayaan terhadap agama keristen yang dianutnya sejak kecil. Kedua, ia berkenalan akrab dengan tokoh-tokoh Unitairian pada abad ke 19 sehingga mungkin ia seorang Unitarian, yaakni menganut unitary faith yang merupakan inti ajaran Arianism.

· Hamilthon A.R Gibb tokoh orientalis yang terkenal setelah perang dunia II. Gibb menunjukkan bahwa Muhammad menjadi cacat karena hadith-hadith 7yang diciptakan oleh generasi belakangan hanya untuk mengkultuskan Nabi Muhammad. Tapi akibatnya justru menjadi sasaran empuk dan sangat pahit bagi penulis barat masa lampau. Pernyataan tersebut harus diakui karena telah banyak hadith yang bersifat kultus yang tidak dapat diterima oleh akal. Contohnya: perayaan mauled Nabi sering di dengar hadith yang menyatakan bahwa saat Muhammad lahir maka api pujaan diseluruh kuil kaum majusi ditanah Iran padam, seluruh pohon dan batu sujud sebagai rasa syukur kepada tuhan atas lahirnya Muhammad.[11]

Kesimpulan

Makalah ini dapat disimpulkan bahwa pandangan orientalis terhadap kepribadian Nabi dan cerita perkawinan Zynab bt Jashs dengan Zaid pada mulanya, kemudian dengan Rasullulah SAW. Setelah diceraikan oleh Zaid maka Rasulullah dipilih untuk menjadi contoh dalam membatalkan adopsi versi jahiliyah, agar pengaruhnya lebih kuat sehingga tidak ada pilihan lagi bagi kaum muslimin melainkan harus tunduk dan menerimanya meski bagaimanapun berakarnya adat jahiliyah didalam hati masyarakat Arab pada saat itu sudah bias dijawab dengan cukup tegas. Dengan adanya firman Al Qur’an dengan berisi hokum yang membatalkan pengangkatan anak versi jahiliyah dan memperbolehkan perkawinan bapak angkat dengan bekas isteri anak angkatnya setelah diceraikan. Serta mengharamkan pewarisan antara anak angkat dan bapak angkat, yang demikian itu sudah cukup sebagai perintah Allah yang harus didengar dan ditaati. Sehingga tuduhan kaum orientalis kepada Nabi Muhammad SAW dan karena poligami dan perkawinannya dengan anak bibinya, Zaynab bt Jashs hanya kebohongan yang diada-ada.

Daftar Pustaka

Badri thahir Muhammad, menjawab tuduhan dan kebohongan tentang isteri-isteri Rasulullah

,Jakarta: pustaka panjimas, 1985.

Jamal Muhammad Ahmad, membuka tabir upaya orientalis dalam memalsukan islam Bandung:CV Diponegoro, 1991.

zuhdi,Ahmad. pandangan orientalis barat tentan islam, Surabaya: Karya Pembina Swajaya,

2004.



[1] Ahmad zuhdi, pandangan orientalis barat tentan islam (Surabaya: Karya Pembina Swajaya, 2004), 116.

[2] Zuhdi, pandangan orientalis (Surabaya: Karya Pembina Swajaya, 2004), 117.

[3] Muhammad thahir badri, menjawab tuduhan dan kebohongan tentang isteri-isteri Rasulullah (Jakarta: pustaka panjimas, 1985), 17-19.

[4] Muhammad , menjawab tuduhan dan kebohongan (Jakarta: pustaka panjimas, 1985), 46-47.

[5] Zuhdi, pandangan orientalis (Surabaya: Karya Pembina Swajaya, 2004),

118-119.

[6] Muhammad, menjawab tuduhan dan kebohongan (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1985), 19.

[7] Ahmad Muhammad Jamal, membuka tabir upaya orientalis dalam memalsukan islam (bandung: CV Diponegoro, 1991 ), 213-215.

[8] Zuhdi, pandangan orientalis (Surabaya: Karya Pembina Swajaya, 2004), 119-120.

[9] Muhammad Jamal, membuka tabir upaya orientalis (bandung: CV Diponegoro, 1991 ), 212.

[10] Zuhdi, pandangan orientalis (Surabaya: Karya Pembina Swajaya, 2004), 120-122

[11] Ibid. 125-137

1 komentar:

  1. ini pendapat anda atau orientalis itu, banyak orang di jawa bermuka dua dihari ini mencela di lain pihak memuji

    BalasHapus