Kamis, 16 Juni 2011

Kota Gorrison militer

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam militer muslim yang sukses memiliki dampak yang besar dalam sejarah umat manusia dan pengaruh dari tahun-tahun yang tidaak menentu ini telah membentuk dunia yang ditinggali sekarang ini. Proses komunitas Islam yang telah keluar dari Jazirah Arabia menghadapi dunia luar, dan mereka sendiri sebagai kelas militer membutuhkan tempat atau hunian. Kota-kota yang baru dibangun oleh umat kepentingan kamp militer tersebut disebut Masr dan bentuk pluralnya adalah Amsar yang bermakna front yang terdapat di Basrah dan Kufah di Irak, Fustat di Mesir dan Qayruwan di Tunisia. Dalam makalah ini akan membahas kota-kota tersebut.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana bentuk kota gorisson militer di Basrah, Kufah, Fustat dan Qayruwan yang mana umar tidak menginginkan kaum muslim tinggal di perkotaan?

2. Bagaimana bentuk kota Islam di Andalusia yang di jadikan sebagai tempat tinggal para wulat, yang mana penaklukan berasal dari kalangan Islam perkotaan ( dari Qayruwan dari kota Islam lain yang di bangun pada masa sebelumnya di era pemerintahan Umar (634-644)?

3. Bagaimana kaum muslim merencanakan kota pertama?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui bentuk kota gorisson militer di Basrah, Kufah, Fustat dan Qayruwan yang mana umar tidak menginginkan kaum muslim tinggal di perkotaan.

2. Untuk mengetahui bentuk kota Islam di Andalusia yang di jadikan sebagai tempat tinggal para wulat, yang mana penaklukan berasal dari kalangan Islam perkotaan ( dari Qayruwan dari kota Islam lain yang di bangun pada masa sebelumnya di era pemerintahan Umar (634-644).

3. Untuk mengetahui kaum muslim merencanakan kota pertama

PEMBAHASAN

1. Bentuk Kota Gorrison Militer

a. Kufah dan Basrah di Irak

Ada suatu kisah bahwa Umar tidak menginginkan kaum muslimin bertebaran dikota-kota maupun pedesaan di Irak, tidak pula kembaali mengenala menjalani kehidupan Badeouin di padang pasir. Sebagai gantinya mereka ditempatkan daalam komplek pemukiman di kotaa yang baru didirikan sebaagai tempat tinggal daan markas tentara. Ibn Khaldun dalam episode pendirian dan city planning Kufa dan Basrah merekam ini:

Pada tahun ini, yakni 14 H, ‘Umar mendengar laaporan bahwa bangsa Arab telah berubah perilakunya, dia (khalifa) melihat itu pada utusan-utusan yang menghadap kepadanya. Dia menginvestigasi kasus ini. Jawaban sebagaian orang: “suasana perkotaan (bilad) telah mempengaruhi cara hidup kami.” Diriwayatkan pula bahwa Hudhaifah dan Sa’ad pernah menulis kepada Umar mengintruksikan pembangunan kota baru, dan mereka berkata:”mereka telah di pengaaruhi suasana perkotaan sehingga mengubah perilaku mereka. Orang Arab dipengaruhi suasana perkotaan sehingga mengubah perilaku mereka. Umar merelomendasikan agar Sa’ad mengirim Salman dan Hudhaifah melakukan observasi kebelahaan Timur (Irak). Merekaa berdua lantas puas dengaan temuan tempat di tanah (buq’ah) Kufa. Keduanya salat dan menyepalati bahwa ia tepat untuk di jaadikan pemukiman.[1]

Bangunan semula di buat dari kayu namun seiring dengan kerapnya terjadi kebakaran dimintakan izin kepada khalifah agar bangunan didirikan secara permanen dengan menggunakan batu bata: izin di keluarkan dengan syarat bangunan perumahan tidak lebih dari tiga apartement rumah dan bangunan tidak terlalu tinggi sebagai lambing bentuk kesederhanaan dan adanya egalitaas dikalangan muslim.

Kedua kota baru Kufah dan Basrah memainkan peran yang begitu penting dalam era paling awal dunia Islam, menjadi basis militer pertama dengan pasukan dari sana yang dikirim pada berbagai ekspidisi di Iran dan kebelahan Timur yang lantas menjadi sentar kebudayaan. Kufah yang dibangun oleh Saad bin Abi Waqas. Kota ini lahir sebagai dampak langsung penaklukan Irak oleh umat Islam. Pada masa itu didirikanlah sebuah tempat penampungan di perbatasan wilayah yang sudah ditaklukkan sebagai tempat bagi para pendatang dan markas militer untuk menghadapi serangan musuh. Sejak abad ke-7 M, kota Kufah merupakan salah satu kota terpenting dalam sejarah peradaban Islam. Inilah kota bersejarah di Irak yang dibangun pada masa ekspansi pertama Islam ke luar Semenanjung Arab. Kufah pun tercatat sebagai salah satu dari empat kota terpenting bagi penganut aliran Syiah, selain Samarra, Karbala, dan Najaf. Kufah sempat memegang peranan penting pada masa pemerintahan Khulafa ar-Rasyidin. Khalifah Ali bin Abi Thalib sempat memindahkan ibu kota pemerintahan Islam dari Madinah ke kota ini. Selain itu, Kufah pun sempat menjadi pusat gerakan ilmiah Islam yang telah melahirkan sejumlah ulama dan ilmuwan Muslim terkemuka.[2] Ada beberapa peristiwa penting di Kufa yaitu:

· Tahun 638 M: Kota Kufah didirikan Sa'd bin Abi Waqqas pada era kepemimpinan Umar bin Khattab. Kufah menjadi pusat pemerintahan Provinsi Irak.

· Tahun 655 M: Masyakat Muslim Kufah mendukung Ali bin Abi Thalib dalam perseteruan dengan Khalifah Utsman bin Affan.

· Tahun 656 M: Ali diangkat menjadi Khalifah. Dia memindahkan pusat pemerintahan dunia Islam dari Madinah ke Kufah.

· Tahun 661 M: Ali meninggal dunia karena dibunuh. Pemerintahan Umayyah berdiri dengan ibu kota di Damaskus. Namun, masyarakat Muslim Kufah tetap mendukung Ali.

· Tahun 749 M: Dinasti Abbasiyah mengambil alih Kufah dari Dinasti Umayyah. Namun, Abbasiyah menjadikan Baghdad sebagai pusat pemerintahan.

b. Fustat di Mesir

Mesir adalah cikal bakal masuknya peradaban Islam di Afrika. Saksi bisu kejayaannya telah terekam dengan jelas di masjid peninggalan seorang pejuang Islam pada masa sahabat Umar bin Khatab bernama Amr bin Ash. Masjid Amr bin Ash tetap kokoh berdiri bersanding dengan peradaban kristen koptik yang berada di sekitarnya. Sahabat nabi Amr bin Ash berhasil menaklukkan Mesir lewat pintu ibu kota negara di Alexandria setelah melakukan pengepungan perang selama 16 bulan. Atas perintah khalifah Umar, ‘Amr bin Ash memindahkan pusat pemerintahan Mesir yang awalnya berada di Alexandria ke Fustat, Mesir lama. Alasan beliau adalah benteng Alexandria rentan oleh serangan musuh yang letaknya berada di pinggiran pantai laut mediterania. Fustat dipilih oleh Umar bin Khatab dikarenakan letaknya yang strategis berada di pinggiran aliran sungai nil.[3]

Fustat berasal dari kata Arab atau bahasa Yunani yang terdistorsi fossaton atau lubang parit. Fustat didirikan secara spontan dan teratur berbagai keluarga dan suku tinggal dimana saja yang mereka suka membentuk jalur angin yang mengarah ke sungai Nil atau sepanjang jalur yang menuju masjid atau pasar. Pemukiman terbentang luas sejauh 5 km dari utara ke selatan di sepanjang tepian sungai Nil daan berjarak kurang lebih 1 kmdari timur ke barat. Kota Fustat pertama adalah kota konglomerasi berbagai suku atau multi suku, beberapa pemukiman yang terdiri dari ratusan rumah dan pondok rumah terbuat dari kayu maupun lumpur dalam jarak yang rapat dan dipisahkan oleh dataran luas yang tak berpenghuni. Di buktikan melalui arkeologi bahwa banyak ruangan yang kosong yang belum dijaadikan tempaat untuk membangun pemukiman permanen dan pengerjaan rumah dengan batu baru diawali pada masa yang lebih awal.[4]

Semula ‘Amr berniat menjadikan Alexandria sebagai ibu kota Mesir, tetapi umar mencegahnya. Umar khawatir pengaruh Hellenisme dan Kekristenan atas kota itu, sebagai gantinya wali daan paasukan penaklukkan memutuskan agar mendirikan agak ke utara dari benteng Babilon, diatas situs yang kelak menjadi cikal-bakal kota Kairo lama. Tradisi Mesir Arab mengklaim bahwa keputusan ini dilakukan oleh Umar yang sebagaimana kasus di Kufa dan Basrah tidak menghendaki pasukan Muslim terpisahkan dengan air dari Jazirah Arab. Sehingga ‘Amr membangun kota garrison (markas militer). Letaknya juga pada posisi yang strategis di ujung dari delta beberapa kilometer daari ibu kota Mesir zaman Pharaoh, yaakni kota Memphis. Disnilah masjid pertama disana didirikan meskipun sebagaiaan besar bahan materialnya di bangun dimasa-masa belakangan. Masjid itu dinamakan masjid ‘Amr di tempat itu. Di sekeliling masjid ini orang-orang Arab mendirikan tenda dan membangun perlindungan.

c. Qayruwan di Tunisia

Qayruwan merupakan kota kuno yang memikat menjadi sisa-sisa yang masih dilihat dari era kuno muslimin. Kota ini berbeda dengan kota gorrison militer oleh Arab saat penaklukkan maupun sesudahnya yang lantas menjadi kota yang tak berpenghuni hingga sekarang. Qayruwan identik dengan Uqbah dan Uqbah pun menyatu dalam. Qayruwan Penaklukan demi penaklukan yang dilakukan Uqbah berlabuh di sebuah desa yang kemudian dibangun masjid yang sangat megah dan terkenal dengan namanya. Sekarang berada di pusat kota Qayruwan.

Kota Qayruwan didirikan oleh Uqbah bin Nafi pada tahun 871 M. Uqbah merupakan panglima perang dan seorang sahabat yang mengislamkan Afrika Utara. Bahkan pengaruh Uqbah hingga ke wilayah Libya Selatan. Tepatnya di kawasan Wadi Gatroun terdapat sebuah kota dan desa yang bernama ‘Madrusah’. Kata tersebut secara maknawi adalah yang dididik. Menurut warga kawasan tersebut karena terislamkan oleh Uqbah dan sahabatnya. Dan di tengah gurun pasir terdapat sebuah makam tua yang tidak terurus yang konon kuburan sahabat Uqbah bin Nafi. Tidak jauh dari situ juga terdapat sebuah istana yang dikenal dengan nama ‘Qasr Messud’ (Istana Mas’ud) yang sudah tinggal puing-puing saja.[5]

Kekhasan Qayruwan adalah menyuguhkan paduan antara panorama khazanah dan modernitas. Benteng Turki dengan model bangunan asli (berbentuk bangunan benteng), misalnya, kini dijadikan hotel berbintang lima dengan segala macam fasilitas modern, seperti kolam renang, restoran, dan kamar-kamar yang elok. Di Qayruwan sendiri, pemandangan rumah-rumah penduduk khas Arab dengan jalan-jalan yang sempit mengingatkan kota lama di Cairo dan Damaskus. Menjelajah Kota Kairouan memang seakan-akan menemukan sebuah perjalanan sejarah yang telah terhenti. Bangunan dan rumah peninggalan masa abad pertengahan Islam mewarnai secara mencolok di Kota K airouan, seperti halnya pemandangan di Kota Cairo (Mesir), Fez, dan Marrakesh di Maroko.[6]

2. Bentuk Kota di Andalusia

Andalusia adalah sebuah negeri yang terletak di semenanjung Iberia,meliputai Spanyol dan Portugal sekarang. Negeri ini pernah dikuasai oleh bangsa Vandal semenjak abad 1 Masehi. Mereka datang dari utara skandinavia dan diperkirakan berasal dari Jerman. Dahulu negeri ini desebut dengan Vandalusia yang berarti tanah bangsa Vandal. Bangsa Vandal sangat terkenal dengan kebrutalan, kekejaman dan kejahatannya, sehingga dalam bahasa inggris kata Vandalisme identik dengan segala bentuk kekejaman, kejahatan, ekstrimis dan tindakan barbarian. Kemudian sekitar Abad 5 Masehi datang bangsa Gothic Kristen menguasai negeri ini dan dikenal dengan kerajaan Visighotic Barat. Orang Islam menyebutnya dengan Wandalusia, kemudian hari menjadi Andalusia. Semua orang terheran kenapa begitu cepat terjadi perbaikan kondisi di negeri yang terkenal dengan Vandalisme ini setelah kedatangan Islam.

Andalusia adalah salah satu kota bersejarah Rock Island County. Hal ini terletak di Sungai Mississippi, sekitar sepuluh mil sebelah barat dari Kota Rock Island . kota ini memiliki sekitar enam mil dari bagian depan di sungai, tetapi kurang mendalam, yang kurang dari setengah ukuran kota kongres. Meskipun kecil dalam ukuran ini adalah salah satu kota-kota bergegas county. Sejarahnya tanggal dari penyelesaian awal negara. Salah satu pemukim pertama adalah Kapten BW Clark, ayah dari Kapten WL Clark, Kerbau, Scott County, Iowa, sekarang pemukim tertua pertama di Negara Bagian Iowa.

Di negeri inilah lahir tokoh-tokoh muslim ternama yang menguasai berbagai ilmu pengetahuan, seperti Ilmu Agama Islam, Kedokteran, Filsafat, Ilmu Hayat, Ilmu Hisab, Ilmu Hukum, Sastra, Ilmu Alam, Astronomi, dan lain sebagainya. Oleh karena itu dengan segala kemajuan dalam berbagai ilmu pengetahuan, kebudayaan serta aspek-aspek ke-islaman, Andalusia kala itu boleh dikatakan sebagai pusat kebudayaan Islam dan Ilmu Pengetahuan yang tiada tandingannya setelah Konstantinopel dan Bagdad. Maka tak heran waktu itu pula bangsa-bangsa Eropa lainnya mulai berdatangan ke negeri Andalusia ini untuk mempelajari berbagai Ilmu pengetahuan dari orang-orang Muslim Spanyol, dengan mempelejari buku-buku buah karya cendekiawan Andalusia baik secara sembunyi-sembunyi ataupun terang-terangan.

3. Perencanaan Kota Pertama Kaum Muslim

Kota ideal menurut Ibnu Khaldun dari sudut pandang planning kota adalah melalui upaya dan fitur-fitur sebagai berikut: standar tinggi keamanan sempurna dan sehat dari tampilan fisiknya, kebersihan ketersediaan berbagai fasilitas, sustainability, aksessbilitas, pemenuhan berbagai tuntunan akan infrastruktur dan pemukiman, promosi dan pelastarian aktivitas agricultural dan industrial, kehidupan berdampingan yang damai (peaceful coexistence) dengan alam, penciptaan komunitas social yang kuat dengan komunitas social yang utuh, stabilitas kendali politik dan otoritas.

Ibnu Khaldun mengakui adanya dua alasan utama yang menjadi factor untuk mendirikan kota. Pertama, kekuasaan kerajaan yang memdorong masyarakat untuk mencari kedamaian, ketentraman, dan relaksasi daan berupaya untuk menyediakaan berbagai aspek dari peradaban yang ditemukan dalam masyarakat padang pasir. Kedua, untuk pertahanan diri, dinasti dan peradaban (‘Umran) melawan para rival dan musuh saingannya. Ibnu Khaldun lebih perhatian tentang lingkungan alamiah pula, dengan menganggpanya sebagai masing-masing halangaan maupun dukumgan. Para perencana dan pembangun kota dengan begitu harus mencari tahu bagaimana alam dapat mendukungnya dan berupaya mencegah serangan-serangannya.[7]

Kesimpulan

Kota Islam memiliki dua pola: pertama kaum muslimin memilih atas perintah ‘mar untuk mendirikan kota di luar kota-kota lama bekas kota Romawi dan Sassani, tetapi setelah penaklukkan Andalus dan bersamaan dengan kaum muslimin mencapai India bersama pemimpinnya Muhammad Qosim kaum Muslimin Arab memilih menduduki kota dengan sejumlah perjanjian aman dan penerimaan jiyza untuk kaum muslimin atas kalangan dhimmi (non muslim kitabi yang terlibat dengan penguasaan Islam) dibayarkan kepada administrasi qadi khalifah. Ciri utama pembangunan kota Islam pertama adalah pembangunan masjid yang menjadi titik awal menandai kota ityu.

Daftar Pustaka

Koes Adiwidjdjanto, Sejarah Kota-Kota Islam, Surabaya: Fakultas Adab jurusan Sejarah Peradaban Islam hal 45

http://www. Fustat bataviase.co.id

http://www.Dyah Ratna.Blogspot.com

http://www.Menjelajah Kairouan, Tunisia

http://wwwmuslim-g.blogspot.com

http://wwwTataruangislam.blogspot.com


[1] Ibnu Khaldun, Tarikh, juz II hal. 49-50 dalam Adiwidjdjanto, Sejarah Kota-Kota Islam, Surabaya: Fakultas Adab jurusan Sejarah Peradaban Islam hal 43

[2] http://wwwmuslim-g.blogspot.com

[3] http://www. Fustat bataviase.co.id

[4] Koes Adiwidjdjanto, Sejarah Kota-Kota Islam, Surabaya: Fakultas Adab jurusan Sejarah Peradaban Islam

[5] http://wwwMenjelajah Kairouan, Tunisia

[6] http://www.Dyah Ratna.Blogspot.com

[7] http://www.Tataruangislam.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar