Jumat, 27 Mei 2011

Bila Aku Jatuh Cinta



Ya Allah...
Aku Minta Izin, Bila Suatu saat Aku Jatuh Cinta
Jangan Biarkan cinta untukmu berkurang
Hingga membuat lalai akan Adanya Engkau
Ya Allah...
Izinkanlah bila suatu saat Aku jatuh Hati
Pilihkanlah Aku seseorang
yang Hatinya Penuh dengan Kasih Mu
dan Membuatku mengagumi Mu
Ya Allah...
Pinta KU terakhir
Seandainya aku jatuh Hati
Jangan pernah palingkan Wajah Mu dari ku
Anugerahkan Cinta Mu untuk ku
Cinta yang tak pernah pupus oleh waktu

Andai


Andai menangis bisa menghapus rasa sedihku
Aku akan menangis sehari semalam
Andai teriak bisa menghapus rasa kecewa
Aku akan teriak sekencang-kencangnya
Andai marah bisa menghapus penyesalan di diriku
Aku akan pasti akan marah
Tapi...
Semua itu percuma
Semua tak ada guna
Aku hanya ingin tersenyum
Karena senyum itu ibadah
Aku hanya ingin bercanda
Karena dengan bercanda Aku bahagia
Aku hanya ingin tertawa
Karena tertawa kudapat melupakan masalah ku walau sejenak
0 komentar

Minggu, 22 Mei 2011

Hukum slam di Filipina

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Filipina merupakan suatu negara yang penduduknya mayoritas beragama Katolik. Penduduk muslim mayoritas terdapat di tiga belas provinsi, tetapi pemerintah hanya mengakui hanya beberapa bagian yaitu: Tawi-tawi, Sulu, Basilan, Manguindanao dan Lanao Sur. Muslim hanya membentuk lebih dari sepersepuluh penduduk tetapi kurang dari 50% di Zambuanga del Sur, Kotabato Utara dan Sultan Koarat. Muslim terdiri dari beberapa kelompok etnis yang terpenting adalah Tausug (Basilan, Sulu, Tawi-Tawi) dan Manguindanao ( Lanao del Sur). Wilayah terluas di Filipina adalah Mindanao (bagian Selatan Filipina) dan Luzon (bagian Utara Filipina)

Dalam makalah ini, pemakalah akan mencoba membahas beberapa hal penting tentang Islam di Filipina. Antara lain: Sejarah masuknya Islam di Filipina, faktor-faktor Islam menjadi agama minoritas di Filipina, hukum Islam di Filipina. Hal-hal tersebut menjadi pembahasan pemakalah dalam tulisan ini, karena merupakan sebuah upaya besar dalam mengangkat dan menyebarkan agama Islam.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Sejarah masuknya Islam di Filipina?

2. Apa saja faktor-faktor Islam menjadi agama minoritas di Filipina?

3. Bagaimana hukum Islam di Filipina?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui Sejarah masuknya Islam di Filipina.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor Islam menjadi agama minoritas di Filipina.

3. Untuk mengetahui hukum Islam di Filipina.

PEMBAHASAN

1. Sejarah Masuknya Islam Di Filipina

Sejarah masuknya Islam masuk ke wilayah Filipina Selatan, khususnya kepulauan Sulu dan Mindanao pada tahun 1380 M. Seorang tabib dan ulama Arab bernama Karimul Makhdum dan Raja Baguinda tercatat sebagai orang pertama yang menyebarkan ajaran Islam di kepulauan tersebut. Menurut catatan sejarah, Raja Baguinda adalah seorang pangeran dari Minangkabau (Sumatra Barat). Ia tiba di kepulauan Sulu sepuluh tahun setelah berhasil mendakwahkan Islam di kepulauan Zamboanga dan Basilan. Atas hasil kerja kerasnya juga, akhirnya Kabungsuwan Manguindanao, raja terkenal dari Manguindanao memeluk Islam. Dari sinilah awal peradaban Islam di wilayah ini mulai dirintis.[1] Adapula pendapat yang lain mengenai masuknya Islam datang kekepulaun Sulu. Bahwasannya Islam datang ke Sulu pada abad ke-9 melalui perdagangan. Tapi itu tidak menjadi faktor yang penting dalam sejarah Sulu, sampai abad ke 13 ketika orang-orang menyebarkan Islam (da’i) mulai pertama kali tinggal di Buasna (Jolo) kemudian di daerah-daerah lain kepulauan Sulu.[2]

Filipina sendiri waktu itu belum berbentuk negara menjadi Republik Filipina. Ia hanya sebentuk kepulauan rumpun melayu yang dijadikan tempat berniaga para pedagang muslim dan persinggahan para ulama dari Gujarat, India, dan Timur Tengah. Untuk pertama kalinya, mereka menempati Kepulauan Sulu. Namun, setelah itu, petualang muslim Melayu menyusul dan mendirikan kesultanan di bagian Filipina, yakni Sulu, Palawan dan Mindanao. Diantara mereka adalah para da'i dari pulau Kalimantan yang kebetulan berdekatan dengan Sulu. Maka berkembanglah dengan pesatnya kehidupan muslim di tiga daerah ini. Pengaruhnya bukan hanya pada perkembangan agama, tapi juga secara sosial-kultural di masyarakatnya. Menurut data Peter Gowing dalam Muslim Filipinos-Heritage and Horizon, muslim Filipina dibagi ke dalam 12 kelompok etno-linguistik (suku-bangsa). Enam yang paling utama adalah Maguindanao, Maranou, Iranum, Tausug, Samal dan Yakan. Preang sisanya yaitu Jama Mapun, Kelompok Palawan (Palawani dan Molbog), Kalagan, Kolibugan dan Sangil. Kendati suku-bahasa itu sangat beragam, bahasa kelompok muslim sendiri memiliki kesamaan.[3] Misalnya, bahasa Manguindanao dan Maranao dapat diucapkan dan dimengerti oleh kedua kelompok ini. Tetapi ada pula beberapa dialek yang dipakai baik oleh orang Islam maupun orang Kristen, yakni bahasa Samal, Jama Mapun, dan Badjao. Sementara bahasa Tagalog dan Visayan banyak digunakan oleh orang-orang Kristen.

Spanyol merupakan salah satu negara yang pernah menjajah Filipina. Bangsa Spanyol melakukan inkuisi secara buruk terhadap muslim (Morisco) disemenanjung Iberia. Mereka menyerang muslim Sulu, Mangindanao dan Maniland dengan fanatisme dan keganasan yang sama seperti mereka memperlakukan penduduk muslim mereka sendiri di Spanyol. Raja Philip, yang namanya kemudian di jadikan nama-nama pulau itu, memerintahkan kepala Staf Angkatan Lautnya sebagai berikut: “ taklukkan pulau-pulau itu dan gantikan agamanya (ke agama Katolik).” Menghadapi latar belakang itu orang muslim di negara yang disebut Filipina ( di sebut Moro nama yang diberikan oleh bangsa Spanyol kepada muslim Filipina). Korban pertama dari serangan kolonial ini adalah negara muslim Manilad. Namun perlawanan muslim mengorganisasi diri di selatan di pulau-pulau Palawa, Sulu dan Mindanao. Pulau ini menjadi bagian dari persatuan negara muslim merdeka Sulu. Spanyol tidak pernah dapat menaklukkan negara ini walaupun dalam keadaan perang terus-menerus dan harus mengakui keberadaan merdekanya.

Amerika serikat pada tahun 1896 yang dipimpin presiden MC Kinely dan berhasil menaklukkan jajahan spanyol tersebut tahun 1899, tetapi muslim Sulu melawan. Tapi pada akhirnya Sulu jatuh ketangan Amerika pada 1914, kejadian tersebut pertama kalinya dialami Sulu dan jatuh ke tentara non muslim. Pada 11 maret 1915 raja (sultan) muslim dipaksa turun tahta. 1940 Amerika menghapuskan kesultanan Sulu dan menggabungkan bangsa Moro kedalam Filipina.[4] Setelah kemerdekaan Filipina 4 juli 1946, masyarakat Moro tetap melanjutkan perjuangan bagi kemerdekaan Moro. Pemerintah Filipina yang baru melanjutkan kebijakan masa kolonial, yakni melakukan tindakan represif kepada gerakan separatis Moro. Pemindahan masyarakat Katolik Filipina kewilayah Mindanao yang mayoritas beragama Islam terus dilakukan.

2. Faktor -faktor Islam menjadi agama minoritas di Filipina

Mayoritas penduduk Filipina beragama Katolik, walaupun katolik menjadi agama mayoritas, tetapi di Filipina terdapat tiga ribu masjid, terutama di selatan. Penduduk Filipina sekitar 85.236.900 juta pada tahun 2006 dan setiap tahunnya pertumbuhan penduduknya 1,92% dengan luas wilayah 300.076 km terdiri dari 7.107 pulau. Penduduknya terdiri dari beberapa suku yaitu suku Filipino 80%, Tionghoa 10%, Indo Arya 5%, Eropa dan Amerika 2%, Arab 1%, suku lain 2%. Kota Marawi dan Jolo dapat dianggap sebagai pusat keagamaan bagi komunitas muslim. Kitab suci alQur’an telah diterjemahkan oleh dr.Ahmad Domacao Alonto kedalaam bahasa Maranao, bahasa yang paling utama dikalangan muslim kebanyakan muslim di Moro adalah petani dan nelayan. Dijabatan tinggi pemerintah Filipina tidak berarti. Asosiasi islam yang paaling aktif adalah Asosiasi Muslim Filipina (Manila), Ansar al Islam(Kota Marawi), Masyarakat Islam Mualaf (Manila) dan yayasan Islam Sulu (jolo) dan sebagainya. Tahun 1983, Dewan Dakwah Islam Filipina telah dibentuk untuk mempersatukan organisasi-organisasi Muslim di utara dan selatan.

Menurut Majul, ada tiga alasan yang menjadi penyebab sulitnya bangsa Moro berintegerasi secara penuh kepada republik Filipina. Pertama, bangsa Moro sulit menghargai undang-undang Nasional, khususnya yang mengenai hubungan pribadi daan keluarga, karena undang-undang tersebut berasal daari Barat dan Katolik, seperti larangan bercerai dan poligami yang sangat bertentangan dengan hukum Islam yang membolehkannya. Kedua, system sekolah yang menetapkan kurikulum yang sama, bagi setiap anak Filipina disemua daerah, tanpa membedakan perbedaan agama dan kultur, membuat bangsa Moro malas untuk belajar disekolah yang didirikan pemerintah. Mereka menghendaki dalam kurikulum itu adanya perbedaan khusus bagi bangsa Moro, karena adanya perbedaan agama dan kultur. Ketiga, bangsa Moro masih trauma dan kebencian yang mendalam terhadap program perpindahan penduduk yang dilakukan oleh pemerintah Filipina kewilayah mereka di Mindanao, karena program ini telah mengubah posisi mereka dari mayoritas menjadi minoritas hamper disegala bidang kehidupan.[5]

3. Hukum Islam Di Filipina

Bangsa Moro adalah tanah muslim yang penduduknya mengikuti madzhab Syafi’i. Selama periode pra-Islam, yang Bangsa berbeda atau barangay (masyarakat) yang burik kepulauan tidak memiliki hukum tertulis dan dipimpin oleh datus (kepala suku) dengan hak atas tanah leluhur. Menjelang akhir abad ke-13, pulau Sulu pemukim Muslim terlindung dari Arab, Kalimantan, Sumatera, dan Malaya yang bekerja sebagai pedagang dan misionaris, beberapa di antaranya perempuan lokal menikah, berbagi keyakinan agama mereka, dan menjalin aliansi politik. Islam kemudian disebarkan di Filipina selatan pra-kolonial melalui sarana ekonomi dan relasional sebagai pengganti penaklukan, yang mengakibatkan integrasi hukum adat baru dan yang sudah ada. Ketika datus masuk Islam, kesultanan didirikan di Magindanao dan Sulu. Ini, menurut Justin Holbrook (2009): "berfungsi seperti" mini-negara ", dengan pemerintah memiliki kekuatan baik dan peradilan administrasi ... Agama pengadilan Moro diterapkan hukum adat, atau adat, serta hukum syariah ..." ini didefinisikan sifat komprehensif dari sistem hukum Islam (juga disebut sebagai Agama Sara System) yang mencakup, sosio-politik, dan hubungan-hubungan hukum sipil.[6] Holbrook catatan lebih lanjut bahwa Muslim awal dilaksanakan "pluralisme hukum untuk menjalin hubungan dengan orang-orang dari keyakinan yang berbeda ...", menunjukkan bahwa mereka tinggal di ko-eksistensi damai dengan dan tidak memaksakan iman mereka terhadap non-Muslim.

Pada masa itu, sudah dikenal sistem pemerintahan dan peraturan hukum yaitu Manguindanao Code of Law atau Luwaran yang didasarkan atas Minhaj dan Fathu-i-Qareeb, Taqreebu-i-Intifa dan Mir-atu-Thullab. Manguindanao kemudian menjadi seorang Datuk yang berkuasa di propinsi Davao di bagian tenggara pulau Mindanao. Setelah itu, Islam disebarkan ke pulau Lanao dan bagian utara Zamboanga serta daerah pantai lainnya. Sepanjang garis pantai kepulauan Filipina semuanya berada dibawah kekuasaan pemimpin-pemimpin Islam yang bergelar Datuk atau Raja. Istilah luwaran, yang dipakaai oleh orang Moro Mindanao dalam kitab hokum, berarti “pilihan” ataau “terpilih”. Undang-undang yang terkandung didalam kitab Luwaran merupakan pilihan dari hokum Arab lama yang kemudian diterjemaahkan dan dikompilasikan untu digunakan sebagai pegangan serta informasi bagi para datu, hakim dan pandita di Mindanao yang tidak mengerti bahasa Arab. Kitab luwaran dari Mindanao tidak ada taanggalnya sama sekali, tak ada seorangpun yang mengetahui kapan kitab ini di buat. Sebagian orang berpendapat bahwa kitab Mindanao ini disusun beberapa waktuyang lalu oleh para hakim di Mindanaao. Kitab utama yang dirujuk oleh kitab luwaran adalah Minhaj Al TThalibin karya ahli hokum mazhab Syafi’I Zakaria yahya bin syaraf Al Nawawi.[7]

Kesimpulan

Filipina merupakan salah satu Negara yang terdapat di Asia Tenggara yang mayoritas penduduknya beragama Katolik. Islam menjadi agama minoritas. Meskipun Islam menjadi minoritas, terdapat wilayah yang yang menjadikan Islam sebagai agama mayoritas yaitu di Filipina bagian Selatan. Perlu perjuangan untuk menjadikan Islam sebagai agama mayoritas disana. Banyak Negara yang menjajah negera itu seperti Spanyol dan Amerika, selain menajah mereka juga sebagai misionaris yang mempersulit untuk berkembangnya agama Islam. Dengan perjuangan dan persatuan yang tinggi membuat Negara Filipina wilayah selatan penduduknya merdeka dari penjajah dan misionaris.

Daftar Pustaka

Ahm Asy’ari, Akhwan Mukarrom dkk, Pengantar Studi Islam, Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2008

Cintailmoe.wordpress.com

Kettani M Ali, Minoritas Muslim di dewasa ini, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005

Muzani Saiful, Pembangunan dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara, Jakarta: LP3ES, 1993

secretofhealthylivings.hakkinda.com

Tebba Sudirman, Perkembangan Mutakhir Hukum Islam di Asia Tenggara: Studi Kasus Hukum Keluarga dan Pengkodifikasinya, Bandung: Mizan,1993

www.Hungarian-Translator.eu



[1] Cintailmoe.wordpress.com

[2] Saiful Muzani, Pembangunan dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara ( Jakarta: LP3ES, 1993) hal 198

[3] secretofhealthylivings.hakkinda.com

[4] M Ali Kettani, Minoritas Muslim di dewasa ini ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005) hal197-198

[5] Asy’ari.Ahm, Akhwan Mukarrom dkk, Pengantar Studi Islam ( Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2008) hal310

[6] www.Hungarian-Translator.eu

[7] Sudirman Tebba, Perkembangan Mutakhir Hukum Islam di Asia Tenggara: Studi Kasus Hukum Keluarga dan Pengkodifikasinya ( Bandung: Mizan,1993) hal 149

Sabtu, 14 Mei 2011

Sejarah Masuknya Islam di Thailand




PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di Thailand, Negeri yang mayoritasnya beragama Budha. Penduduk muslim Thailand sebagian besar berdomisili di bagian selatan Thailand, seperti di propinsi Pattani, Yala, Narathiwat, Satun dan sekitarnya yang dalam sejarahnya adalah bagian dari Daulah Islamiyyah Pattani. Dengan jumlah umat yang menjadi minoritas ini, walau menjadi agama ke-dua terbesar setelah Bhuda, umat Islam Thailand sering mendapat serangan dari umat Bhuda (umat Budha garis keras), intimidasi, bahkan pembunuhan masal.

Dalam makalah ini, pemakalah akan mencoba membahas beberapa hal penting tentang Islam di Thailand. Antara lain: Sejarah masuknya Islam di Thailand, Pekembangan Islam di Thailand, lembaga-lembaga Islam di Thailand. Hal-hal tersebut menjadi pembahasan pemakalah dalam tulisan ini, karena merupakan sebuah upaya besar dalam mengangkat dan menyebarkan agama Islam.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Sejarah Masuknya Islam di Thailand?

2. Bagaimana Pekembangan Islam di Thailand?

3. Apa Saja lembaga-lembaga Islam di Thailand?

C. Tujuan

1. Untuk Mengetahui Sejarah Masuknya Islam di Thailand.

2. Untuk Mengetahui Pekembangan Islam di Thailand.

3. Untuk Mengetahui lembaga-lembaga Islam di Thailand

A. Sejarah Masuknya Islam di Thailand

Kerajaan Thai (nama resmi bahasa Thai: ราชอาณาจักรไทย Ratcha Anachak Thai; atau Prathēt Thai), yang lebih sering disebut Thailand dalam bahasa Inggris, atau dalam bahasa aslinya Mueang Thai (dibaca: "meng-thai", sama dengan versi Inggrisnya, berarti "Negeri Thai"), adalah sebuah negara di Asia Tenggara yang berbatasan dengan Laos dan Kamboja di timur, Malaysia dan Teluk Siam di selatan, dan Myanmar dan Laut Andaman di barat. Kerajaan Thai dahulu dikenal sebagai Siam sampai tanggal 11 Mei 1949. Kata "Thai" (ไทย) berarti "kebebasan" dalam bahasa Thai, namun juga dapat merujuk kepada suku Thai, sehingga menyebabkan nama Siam masih digunakan di kalangan warga negara Thai terutama kaum minoritas Tionghoa.[1]

Muslim di Thailand sekitar 15 persen, dibandingkan penganut Budha, sekitar 80 persen. Mayoritas Muslim tinggal di Selatan Thailand, sekitar 1,5 juta jiwa, atau 80 persen dari total penduduk, khususnya di Patani, Yala dan Narathiwat, tiga provinsi yang sangat mewarnai dinamika di Thailand Selatan. Thailand Selatan terdiri dari lima provinsi: Pattani, Yala, Narathiwat, Satun dan Songkhla, dengan total penduduk 6.326.732 (Kantor Statistik Nasional, Thailand, 2002). Mayoritas penduduk Muslim terdapat di empat provinsi: Pattani, Yala, Narathiwat dan Satun, yaitu sekitar 71% diperkotaan, dan 86 % di pedesaan sedangkan di Songkhla, Muslim sekitar 19 %, minoritas, dan 76.6 % Buddha. Sementara mayoritas penduduk yang berbahasa Melayu, ratarata 70 persen berada di tiga provinsi: Pattani, Yala dan Narathiwat, sementara penduduk berbahasa China, ada di tiga provinsi: Narathiwat, 0.3 %, Pattani, 1.0 %, dan Yala, 3.0 % (Sensus Penduduk, Thailand, 2000).[2]

Ada beberapa teori tentang masuknya Islam di Thailand. Diantaranya ada yang mengatakan Islam masuk ke Thailand pada abad ke-10 melalui para pedagang dari Arab. Ada pula yang mengatakan Islam masuk ke Thailand melalui Kerajaan Samudra Pasai di Aceh.[3] Jika melihat peta Thailand, akan mendapatkan daerah-daerah yang berpenduduk muslim berada persis di sebelah Negara-negara melayu, khususnya Malaysia. Hal ini sangat berkaitan erat dengan sejarah masuknya Islam di Thailand, “jika dikatakan masuk”. Karena kenyataanya dalam sejarah, Islam bukan masuk Thailand, tapi lebih dulu ada sebelum Kerajaan Thailand “ Thai Kingdom” berdiri pada abad ke-9. Islam berada di daerah yang sekarang menjadi bagian Thailand Selatan sejak awal mula penyebaran Islam dari jazirah Arab. Hal ini bisa dilihat dari fakta sejarah, seperti lukisan kuno yang menggambarkan bangsa Arab di Ayuthaya, sebuah daerah di Thailand dan juga keberhasilan bangsa Arab dalam mendirikan Daulah Islamiyah Pattani menjadi bukti bahwa Islam sudah ada lebih dulu sebelum Kerajaan Thai. Lebih dari itu, penyebaran Islam di kawasan Asia Tenggara merupakan suatu kesatuan dakwah Islam dari Arab, masa khilafah Umar Bin Khatab” (teori arab). Entah daerah mana yang lebih dahulu didatangi oleh utusan dakwah dari Arab. Akan tetapi secara historis, Islam sudah menyebar di beberapa kawasan Asia Tenggara sejak lama, di Malakka, Aceh (Nusantara), serta Malayan Peninsula termasuk daerah melayu yang berada di daerah Siam (Thailand).

Pada tahun 1613, d’Eredia memperkirakan bahwa Patani masuk Islam sebelum Malaka yang secara tradisional dikenal sebagai “darussalaam (tempat damai) pertama” dikawasan itu (mills 1930:49)[4]. Dalam penelitiannya mengenai kedatangan Islam di Indonesia G.W.J Drewes menemukan bahwa di Trengganu, yang merupakan salah satu tetangga Patani, agama baru itu sudah dianut secara mapan menjelang 1386 atau 1387. Dari penemuan ini Wyatt dan Teeuw menarik kesimpulan bahwa tidak ada alasan mengapa (agama itu) belum sampai di Patani menjelang tahun itu terutama jika diingat bahwa Patani terkenal sebagai sebuah pusat Islam yang awal.

Pada puncak kekuasaan patani awal abad ke 17 diletakkan dasar-dasar bagi perkembangan ilmu pengetahuan Islam. Ini dimungkinkan oleh hubungan yang semakin intensif antara negeri Arab yang merupakan pusat Islam dan Asia Tenggara yang ketika itu pusat perdagangannya. Masa kejayaan yang sudah lampau itu dilambangkan oleh kaum bangsawan dan hubungan kekerabatan mereka dengan keluarga Melayu dan oleh citra Patani sebagai “tempat kelahiran Islam” dikawasan itu. Lembaga keagamaan di Patani dan daerah sekitarnya berfungsi sebagai penghubung antara golongan elit dengan rakyat. Kaum ulama berfungsi sebagai kekuatan yang mengabsahkan kekuasaan yang berlaku dan dukungan mereka sifatnya menentukan bagi pemelihara daan pengguna kekuasaan politik.

B. Pekembangan Islam Di Thailand

Dakwah Islam senantiasa di seluruh penjuru dunia. Islam adalah agama yang tidak mengenal batas dan sekat-sekat nasionalisme. Pun di sebuah negeri yang mayoritas penduduknya bukanlah pemeluk agama Islam Thailand.

Thailand dikenal sebagai negara yang pandai menjual potensi pariwisata sekaligus sebagai salah satau negara agraris yang cukup maju di Asia Tenggara. Mayoritas penduduk Thailand adalah bangsa Siam, Tionghoa dan sebagian kecil bangsa Melayu. Jumlah kaum muslim di Thailand memang tidak lebih dari 10% dari total 65 juta penduduk, namun Islam menjadi agama mayoritas kedua setelah Budha. Penduduk muslim Thailand sebagian besar berdomisili di bagian selatan Thailand, seperti di propinsi Pha Nga, Songkhla, Narathiwat dan sekitarnya yang dalam sejarahnya adalah bagian dari Daulah Islamiyyah Pattani. Kultur melayu sangat terasa di daerah selatan Thailand, khususnya daerah teluk Andaman dan beberapa daerah yang berbatasan langsung dengan Malaysia. Bahkan beberapa nama daerag berasal dari bahasa Melayu, seperti Phuket yang berasal dari kata bukit dan Trang yang berasal dari kata terang.

Proses masuknya Islam di Thailand dimulai sejak kerajaan Siam mengakuisi kerajaan Pattani Raya (atau lebih dikenal oleh penduduk muslim Thai sebagai Pattani Darussalam). Pattani berasal dari kata Al Fattani yang berarti kebijaksanaan atau cerdik karena di tempat itulah banyak lahir ulama dan cendekiawan muslim terkenal. Berbagai golongan masyarakat dari tanah Jawa banyak pula yang menjadi pengajar Al Qur’an dan kitab-kitab Islam berbahasa Arab Jawi. Beberapa kitab Arab Jawi sampai saat ini masih diajarkan di beberapa sekolah muslim dan pesantren di Thailand Selatan.[5]

Perkembangan Islam di Thailand semakin pesat saat beberapa pekerja muslim dari Malaysia dan Indonesia masuk ke Thailand pada akhir abad ke-19. Saat itu mereka membantu kerajaan Thailand membangun beberapa kanal dan system perairan di Krung Theyp Mahanakhon (sekarang dikenal sebagai Propinsi Bangkok). Beberapa keluarga muslim bahkan mampu menggalang dana dan mendirikan masjid sebagai saran ibadah, sebuah masjid yang didirikan pada tahun 1949 oleh warga Indonesia dan komunitas muslim asli Thailand. Tanah wakaf masjid ini adalah milik Almarhum Hjai Saleh, seorang warga Indonesia yang bekerja di Bangkok.

Masjid Jawa adalah masjid lain yang juga didirikan oleh komunitas warga muslim Indonesia di Thailand. Sesuai dengan namanya, pendiri masjid ini adalah warga Indonesia suku Jawa yang bekerja di Thailand. Namun demikian, anak cucu para pendiri masjid ini berbicara dalam bahasa Thai dan Inggris saat menceritakan asal muasal berdirinya Masjid Jawa ini. Masjid Indonesia dan Masjid Jawa hanyalah sebagian dari lima puluhan masjid lain yang tersebar di seluruh penjuru Bangkok.

C. Lembaga-lembaga Islam di Thailand

Thailand merupakan Negara yang penduduknya minoritas muslim karena mayoritas penduduk disana beragama budha. Meskipun penduduk muslimnya minoritas tetapi di Thailand memiliki lembaga atau kelompok yang kuat dan aktif. Empat kelompok gerakan Islam yang kuat dan aktif : pertama, golongan tradisional yang sangat berpengaruh di selatan. Kedua, golongan ortodoks yang menerbitkan majalah Rabbitah. Ketiga, golongan modernis yang menerbitkan jurnal al jihad. Keempat, golongan Chularajamontri 66 yang disponsori oleh pemerintah. Terdapat beberapa kelompok gerakan [6]

Adapun kelompok-kelompok yang beragam dari organisasi separatis mengaku beroperasi dipropinsi-propinsi melayu, Muangthai selatan. Kelompok tertua adalah Barisan Nasional Pembebas Patani (BNPP) yang didirikan oleh seorang aristrokat Melayu. Barisan ini adalah kelompok Islam konservatif dan dipercaya punya hubungan yang dekat dengan Partai Islam se Malaysia (PAS) yang berkuasa di Negara tetangga Kelantan. Secara ideologis bertentangan dengan BNPP, Barisan Revolusi Nasional (BRN) yang didirikan oleh seorang guru agama, punya suatu sikap yang didasarkan pada ajaran kiri. Karena diduga beraliansi dengan Partai Komunis Malaysia (CPM), BRN Nampak kurang menerima dukungan dari rakyaat. Kelompok sabilillah ( jalan Allah) adalah kelompok berbasis kota yang muncul selama demonstrasi besar yang dilakukan Patani di akhir tahun 1975 dan awal 1976. Kelompok yang paling sedikit dikenal adalah Desember Hitam 1902 yang identitasnya diambil dari peristiwa sejarah penytuan Patani Raya kedalam kerajaaan Thai. Kelompok yang paling terkenal adalah Patani United Liberation Organization (PULO) didirikan seorang aristocrat dan memiliki tujuan menyatukan semua faksi-faksi politik yang aktif melawan imperialisme Thai nampak ditujukan pada semua masyarakat melayu.[7]

Kesimpulan

Thailand merupakan salah satu Negara di wilayah di Asia Tenggara yang mayoritas penduduknya beragama Budha. Tetapi didalam Thailan terdapad provinsi yang mayoritas penduduknya beragama Islam yaitu di Thailand Selatan. Tepatnya di Pattani dan beberapa provinsi lainnya. Islam masuk di Thailand dengan cara perdagangan oleh orang-orang Arab. Buktinya lukisan kuno yang menggambarkan bangsa Arab di Ayuthaya, sebuah daerah di Thailand dan juga keberhasilan bangsa Arab dalam mendirikan Daulah Islamiyah. Meskipun Islam merupakan agama yang minoritaas di Thailand tetapi Islam mempunyai lembaga yang berpengaruh di Thailand yaitu Patani United Liberation Organization (PULO).

DAFTAR PUSTAKA

Asrofudin.blogspot.com

Badrislam.blogspot.com

Indramunawar.blogspot.com

Saiful Muzani, Pembangunan dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara ( Jakarta: LP3ES, 1993)

Surin Pitssuwan, Islam Di Muangthai (Jakarta: LP3ES. 1989)

wikipedia.org/wiki/Islam_in_Thailand


[1] wikipedia.org/wiki/Islam_in_Thailand

[2] Indramunawar.blogspot.com

[3] badrislam.blogspot.com

[4] Surin Pitssuwan, Islam Di Muangthai (Jakarta: LP3ES. 1989) hal 37

[5] Asrofudin.blogspot.com

[6] Surin Pitssuwan, Islam Di Muangthai . . . hal xxxiv

[7] Saiful Muzani, Pembangunan dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara ( Jakarta: Pustaka LP3ES, 1993) hal 334